Isnin, 3 Oktober 2011

Malaysia Today - Your Source of Independent News


Klik GAMBAR Dibawah Untuk Lebih Info
Sumber Asal Berita :-

Malaysia Today - Your Source of Independent News


Confessions of an Atheist

Posted: 02 Oct 2011 07:05 PM PDT

You see, I don't believe in god because I don't know how to.

Surely, I can't just pick one religion and go along with its message of salvation, what about other religions? I can't follow every religion known to man as well, for I'd be a very confused person. And I am not that arrogant to think that I am intelligent enough to tell with certainty, which religion is truer than others. While I can choose to go with the majority, but then again, despite being an atheist, I am still affiliated with a religion in official registry; so statistics do lie, don't they?

But of course not knowing which religion is the word of god does not an atheist make. I am an atheist because I know that there is no god, just as much as you know that there is a god; and you can't make me believe, just as I can't make you into a non-believer. You can force me to submit, but that is not faith, now is it?

If you are worried that tolerance for people like me will result in the degradation of morality, I'm afraid that your concerns are misplaced. Atheists are not people who leave religion out of disappointment or angst; we are atheists because we know there is no god. People who are angry or disappointed with god are not atheist because you can't be angry at something that does not exist, that's just silly.

But in case you wonder, I do have a set of morality, but not all of which corresponds with prevailing social norms. For example, I think it is immoral to question what consenting adults do in their bedroom; On the contrary, I do think that civil disobedience is not only a right, but a moral imperative if lex is void of jus.

Most atheists that I know are people of principles; you have to be if you want to call yourself an atheist. Whilst I can't speak for all, I can speak for myself – that I am a responsible, law abiding citizen; I care for my parents and love my country; I would not do onto others what I would not want done to myself; I have made mistakes and will continue to as long as I live, but I do try to recognize my mistakes and when I do, I have regretted and learnt from them.

But I am writing this not only as a confession, but also as a plea for empathy for believers.

You see, I've come to realize that it is rather odd being an atheist. Think about it, we define ourselves by what we are not, not by what we are! It is like saying I'm a non-coffee drinker, I'm a non-smoker or I'm a non-Malaysian. There's just too much negativity built into the concept of atheism, can we really blame people when they shun us?

As such, what do we stand for? Is it truly our desire to see every individual on earth turn from their faith? I personally find it too great a responsibility to turn a person away from his/her religion, as the resulting product of faithlessness can range from great enlightenment to grave disaster. On top of that, the emotional costs in 'preaching' atheism are often too much to pay for our 'perceived gain'. In 'preaching' atheism, you uproot a person's believe system that has been nurtured since young, you are shattering their truth, their foundation all in the name of what? Our version of truth?

Surely you can see that a generous amount of grief, distress, animosity, even hate would result from such an endeavour. And how many of us can engage in intellectual debates without emotional attachment? And when emotions are involved, what are we, atheists reduced to even if we manage to silence our opponents with pure logic – belittling their intelligence, knowledge and exposure?

What joy has ever come from ridiculing your 'inferior'? What dignity has ever come from insulting your 'defeated foes'? No, only regret and remorse awaits in hindsight.

READ MORE HERE

 

Religious Harmony

Posted: 02 Oct 2011 06:44 PM PDT

As expected, the Muslim side was somewhat under-represented. This was no fault of the organisers: Muslim religious leaders and intellectuals somehow do not see the value in this kind of discourse and engagement.

That in the nutshell is the problem in this country. Muslim religious leaders generally are fond of taking a hardline approach to issues involving religious discourse. There is no talk, no discussion and certainly no discourse. These hardliners are fond of reminding Muslims that Islam is not for discussion like other religions, and that Muslims must be cautious of attempts to convert them or to subvert their faith. They remind Muslims that human rights, dignity and personal freedoms have "limits" in a country where the Islamic faith is the official creed. This attitude is very unMalay and unIslamic, but regrettably it is the prevailing situation today.

Segregation in schools, where non-Malays attend Moral classes and Muslims attend religious classes, has had its desired effect. Now there is complete distrust and separation between the Muslims and non-Muslims. It has reached a critical point when even teachers are unable convey basic concepts like respect for, and tolerance of, others who profess different beliefs.

Even at the highest levels, our leaders and Parliamentarians have shown themselves to be too scared to discuss and debate these issues in three important bills in 2009: the Law Reform (Marriage and Divorce) Act 1976, the Administration of Islamic Law (Federal Territories) Act 1993, and the Islamic Family Law (Federal Territories) Act 1984. If passed, amendments would have helped resolve issues of conversion and some of the problems faced by parents of different faiths when they divorce.

The amendments would have enabled Muslim converts to file for divorce in civil courts and would have allowed civil courts to decide cases dealing with child custody, alimony, the division of harta sepencarian (jointly-acquired matrimonial property), the religious conversion of children, and the administration of the assets of a Muslim convert who dies before the annulment of his civil marriage(this would also have included rights of burial).

READ MORE HERE

 

Termakan budi, tergadai jiwa dan raga?

Posted: 02 Oct 2011 06:37 PM PDT

Itu bukan bodoh, itu membalas budi kata nya. Mereka hanya membalas budi kepada sebuah kerajaan yang telah memberi mereka banyak nikmat kehidupan. Orang berbudi kita berbahasa, demikian natijah dari pendapat nya.

Saya amat bersetuju dengan pendapat pembaca ini. Kerana ini akan bermakna, orang Melayu yang menyokong kerajaan2 di negeri Kelantan, Kedah, Selangor dan Pulau Pinang mesti di lihat sebagai berterima kasih juga. Mereka pun tidak bodoh tapi sekadar berterima kasih. Mereka berterima kasih kepada kerajaan2 yang telah membantu  mereka dalam pelbagai cara. Bukan begitu? Mustahil apabila orang Melayu menyokong UMNO mereka berterima kasih, tapi bila mereka menyokong parti lain, perbuatan tersebut tidak di kira sebagai berterima kasih?

Saya berharap pembaca tersebut tidak bermaksud hanya UMNO sahaja berhak menerima terima kasih dari orang Melayu. Sudah tentu pandangan seperti ini tidak boleh di terima kerana UMNO tidak ada hakmilik mutlak keatas sokongan orang Melayu. Malah dalam pilihanraya 2008, UMNO tidak mampu menyatakan bahawa mereka mewakili suara majorti orang Melayu.  Dalam PRU itu, lebih ramai orang Melayu menyokong parti bukan UMNO. Bagaimana kita mengklasifikasikan mereka? Murtad Melayu? Tidak mengenang budi?

Di sebalik kenyataan yang pious ini sebetulnya terkandung cerita mengenai  pertalian antara rakyat dengan kerajaan. Tersirat dalam kenyataan tersebut ialah bagaimana orang Melayu melihat peranan kerajaan dalam kehidupan mereka. Kalau di Amerika, mesej nya lebih kurang akan berbunyi- jangan soalkan apa negara kamu boleh buat kepada kamu, tanyakan apa yang kamu boleh buat untuk negara kamu. Negara dalam konteks ini, kerajaan lah. Atau gantikan negara dengan istilah kerajaan. Dari sini kita akan lihat pertalian antara manusia dengan kerajaan nya.

Dari komen pembaca itu, kita dapat mengagak bahawa kerajaan di lihat sebagai penjaga dan rakyat di lihat sebagai yang di jaga. Dan itu membawa 2 pengertian besar; Pertama, kerajaan adalah penjaga yang penuh dengan sifat keibuan menjaga anak anak. Kedua, tanngung jawab menentu masa depan kita di serahkan keatas bahu kerajaan.

Mungkin disinilah, iaitu didalam cara orang Melayu melihat peranan dan tempat kerajaan dalam kehidupan mereka, terkandung benih2 kemunduran. Inilah sikap inherent weakness yang kita mesti kikis- yakni menganggap kerajaan itu tempat kita bergantung segala nya dan tempat sumber rezeki hidup. Sikap seperti ini lah yang menyebabkan pemegang tampuk kerajaan membuli kita, angkuh dan sombong kepada rakyat kerdil. Kerajaan itu penaung dan kita yang bernaung , kerajaan itu tuan, kita hamba. Dan kepada si pengampu , konsep kerajaan seperti ini mahu mereka kekalkan. Selagi kerajaan di lihat demikian rupa, ianya memberi mereka a sense of supremacy dan mungkin juga khayalan godlike.

Sikap melihat kerajaan sebagai deity yang mesti di taati dan di puja, paling ketara di kalangan orang Melayu dan UMNO bertanggung jawab memanjangkan sikap yang melemahkan bangsa Melayu. Selagi kita mempunyai sikap yang demikian, selagi itulah kita terus bertongkat kepada kerajaan. Orang Melayu akan jadi tamby yang tertunduk tunduk tidak ada keyakinan diri. Kita tidak boleh meneruskan ketergantungan sebegini kerana dengan melakukan demikian, memberi peluang kepada pimpinan politik yang licik mengeksploitasi ketergantungan kita itu.

Berbalik kepada komen yang di berikan oleh pembaca tersebut, saya tidak menyebut nya demikian rupa- saya hanya memberitahu bahawa pemimpin Melayu membodohkan bangsa nya sendiri supaya mempercayai mereka mempunyai banyak kelemahan. Seolah olah lemah dan tidak bermaya itu adalah kesemulajadian orang Melayu. Mereka di bodohkan dengan tahyul bahawa jalan selamat ialah melalui bergantung terus kepada kerajaan. Dan bukan nya kerajaan yang mana mana tapi suatu kerajaan yang khusus iaitu UMNO. Tidakkah kenyataan seperti ini self serving?

Ini kenyataan yang self serving sebab kerajaan yang di maksudkan itu terdiri dari kerajaan yang di ujudkan oleh satu parti politik khusus sahaja. Tidak kah layak kerajaan dari parti bukan UMNO di jadikan sumber rujukan? Selagi bangsa Melayu terus percaya kepada pembodohan ini, maka bangsa Melayu akan terus menjadi suatu bangsa yang dependent.

Kita mesti konsisten dalam gesaan kita. Jika menyokong UMNO di anggap sebagai terima kasih kepada kerajaan yang memberi faedah serta kemudahan kepada mereka, prinsip yang sama mesti juga di pakai keatas kerajaan2 yang bukan UMNO. Kerajaan bukan UMNO di Kelantan, Kedah, Pulau Pinang dan Selangor semua nya menabur budi kepada orang Melayu. Berdasarkan gesaaan pembaca blog yang saya rujuk, maka orang Melayu dalam negeri negeri ini mesti juga berterima kasih kepada kerajaan2 ini dan terus menyokong mereka. Hanya dengan cara demikian, kita konsisten dalam pandangan kita. Jika menyokong itu bermakna berterima kasih, ia nya mesti di gunakan dalam semua keadaan. Berterima kasih dan mendapat sokongan tidak lagi menjadi hak ekslusif UMNO.

Cuba kita orang Melayu fikirkan. Jika orang Melayu bersikap bergantung kepada kerajaan secara membabi buta, ianya bertentangan dengan piagam seorang manusia yang mereka.

Apakah piagam seorang manusia yang merdeka? Seoarang manusia yang merdeka dan mempunyai jati diri( bukankah pemimpin UMNO sentiasa berkhutbah mengenai jati diri dan yakindiri) meyakini bahawa masa depan mereka adalah tanggung jawab mereka sendiri bukan menyerahkan tanggung jawab tersebut pada kerajaan. Kerajaan bukan lah tuan kepada orang yang menghambakan diri mereka.

Sebuah kerajaan hanyalah suatu wadah dan jalan, bukan nya pemberi nikmat dan keistimewaan jauh sekali sesuatu yang mesti di sembah. Manusia yang merdeka itu bertanya apakah yang mereka dapat lakukan melalui kerajaan untuk  melaksanakan tanggungjawab bagi mencapai matlamat hidup dan yang paling penting sekali melindungi kemerdekaan mereka sebagai manusia. 

Ini titik tolak perjuangan orang Melayu sebenarnya. Kerajaan yang di bentuk oleh PAS, UMNO, DAP atau PKR sekali pun bukanlah tuan kepada kita yang hamba. Bukan mereka sesuatu yang harus kita sembah dan takuti. Kerajaan ialah sesuatu yang kita ujudkan melalui persetujuan atau consensus bersama bukan sesuatu yang ujud diatas kita. Tidak ada wawasan nasional kecuali yang di kongsi bersama oleh rakyat dan matlamat kerajaan adalah matlamat yang di yakini bersama dan yang di perjuangkan bersama. The government cannot impose something over us which we the people find disagreeable.

Dan di sanalah letak nya bahaya kepada UMNO. Sebab UMNO masih kekal dengan mentaliti bahawa dia kerajaan yang menjadi tuan kepada orang Melayu dan bersikap dia pemberi sumber kehidupan kepada orang Melayu. UMNO tiada, orang Melayu mati. Dan UMNO itu Melayu , Melayu itu UMNO.

Mari kita analisa kenyataan yang mengandung 2 bahagian ini- Melayu itu UMNO dan UMNO itu Melayu.

Kedua bahagian kenyataan atau pernyataan tersebut tidak mencerminkan aspirasi seorang Melayu yang berjiwa merdeka. Sama seperti tanggapan orang Melayu terhadap sebuah kerajaan,demikian lah tanggapan orang Melayu kepada UMNO. UMNO itu tunjang kerajaan yang menjadi tuan kepada orang Melayu, UMNO itu penjaga dan kita yang di jaga. Orang Melayu memuliakan UMNO sebagai sesuatu yang mesti di taati malahan di sembah dan apa orang Melayu boleh buat ialah mengharapkan pemberian dari UMNO.

Oleh sebab kepercayaan ini, nilai pemimpin UMNO bersifat sombong, angkuh, membuli dan memandang rendah kepada rakyat. Nilai silai ini di perlihatkan dalam gaya hidup seharian majority pemimpin UMNO. Inilah yang membawa kecundang kepada UMNO dalam pilihanraya yang akan datang.

Bagaimana keadaan begini dapat kekal untuk masa yang lama? Ianya kekal kerana tahap kejahilan dan kesedaran social dan politik orang Melayu relative masih rendah. Dimana tahap kejahilan berkurang, dan kesedaran politik dan social meningkat, pengaruh UMNO menurun.

Nampak nya UMNO hanya mampu ujud dan survive selagi sebahagian besar masyarakat Melayu khususnya kekal dalam kejahilan. Kita boleh lihat di hadapan mata kita sendiri bagaimana kekuatan UMNO menjadi lemah apabila kesedaran rakyat khususnya orang Melayu meningkat. Dalam kawasan bandar di mana kejahilan orang Melayu berkurangan sama ada melalui tahap pendidikan yang di capai atau melalui interaksi sosial yang rancak, sokongan dan keyakinan kepada UMNO merosot.

READ MORE HERE

 

Kredit: www.malaysia-today.net

0 ulasan:

Catat Ulasan

 

Malaysia Today Online

Copyright 2010 All Rights Reserved